29 August 2012

Burung Garugiwa (bare-throated whistler Pachycephala nudigula) Di Kawasan Taman Nasional Kelimutu

Taman Nasional Kelimutu dengan panorama yang indah telah banyak menarik para wisatawan baik dalam negeri maupun manca Negara. Berbagai keanekaragaman sumber daya hayati khusus kawasan Pulau Flores memberikan daya tarik yang unik sebagai salah satu keunggulan bentang alam Taman Nasional Kelimutu ini. Aneka ragam sumber daya hayati alam itu antara lain, mudah diketemukan aneka jenis flora langka dan juga satwa liar langka. Seperti adanya SATWA BURUNG GARUGIWA (bare-throated whistler Pachycephala nudigula) .

Satwa aves ini dapat diketemukan di kawasan Taman Nasional Kelimutu dengan mudah dapat dikenali melalui nyanyian burung ini. Nyanyian burung Garugiwa ini sangat indah, dapat mengeluarkan aneka macam suara, relatif keras, dan nyaring. Burung ini hidup pada kawasan lahan hutan yang relatif tinggi, di kawasan pegunungan di dalam kawasan Taman Nasional Kelimutu. Hampir di seluruh kawasan di Taman Nasional Kelimutu merupakan habitat yang ideal bagi burung Garugiwa. Pengunjung atau wisatawan yang kebetulan mendengarkan nyanyian burung ini di alam,  pasti akan sangat tertarik.
 Keindahan suara burung Garugiwa ataupun juga perikehidupannya tampak masih cukup sulit untuk dinikmati bagi para wisatawan taman nasional ini maka tak heran apabila burung ini dikenal juga dengan burung arwah oleh masyarakat sekitar. Berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan kunjungan dan apresiasi wisatawan terhadap keanekaragaman sumberdaya hayati, maka perlu diusahakan kemudahan wisatawan melihat burung Garugiwa di alam. Kegiatan ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memudahkan wisatawan menikmati kehidupan burung Garugiwa di alam Taman Nasional Kelimutu. 
TUJUAN PENELITIAN (OBYEKTIF)
  1. Membuat desain perjalanan (jalan setapak/ foot track) sehingga memungkinkan wisatawan mudah menemukan burung Garugiwa di alam.
  2. Mendesain tapak (sites) guna melihat dan menikmati kehidupan burung Garugiwa di alam
MANFAAT (OUT COME)
  1. Mempermudah wisatawan menemukan dan menikmati kehidupan burung Garugiwa di alam.
  2. Mempermudah perlindungan dan pengamanan wisatwan dalam menikmati keanekragaman sumberdaya hayati alam, dan juga sumbernya,  khususnya kehidupan burung Garugiwa.
  3. Mempermudah pengelolaan fasilitas pengunjung dan juga fasilitas pengelolaan kawasan.
  4. Diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan
  5. Diharapkan dapat lebih meningkatkan apresiasi wisatawan atau pengunjung terhadap pelestarian sumberdaya hayati alam di Taman Nasional Kelimutu.
POPULASI DAN DISTRIBUSI
Untuk menghitung populasi dan sebarannya (distribusi) penghitungan dibagi menjadi 2 kawasan, untuk membedakan point of interest (daya tarik) di kedua kawasan, yaitu:
1.    Jalur / Trail reguler
Adalah jalan reguler beraspal menuju kawasan wisata danau Kelimutu. Dari jalur sepanjang 4 km, ditemukan 17 titik perjumpaan burung Garugiwa dengan jumlah populasi sebanyak 17 ekor yang bertengger di pohon pada ketinggian antara 20 – 25 meter dengan jarak rata-rata dari jalur pengamatan / jalan raya 50 meter (25 meter di kiri dan 25 meter di kanan), atau pada kawasan seluas {4000 x (25 x 2)} = 200.000 M² / 20 ha
2.    Kawasan Arboretum
Pada wilayah arboretum dengan cara mengikuti jalur yang disediakan sepanjang 172 meter, dengan jarak rata-rata dari jalur pengamatan adalah 50 meter (25 meter di kiri dan 25 meter di kanan atau kawasan seluas {172 x (25 x 2)} = 8600 M² / 0.86 ha, terdapat 3 titik pertemuan dengan jumlah populasi 3 ekor. Yaitu di arboretum bagian atas, arboretum bagian tengah dan arboretum bagian bawah. Dari penghitungan tersebut, total kawasan yang disurvei adalah 20.86 ha, dan diketahui populasinya sebanyak 21 ekor atau 1 ekor setiap hektar.

MORFOLOGI DAN PERILAKU
 Morfologi Jantan
  1. Bulu kepala sampai dengan leher bagian belakang berwarna hitam.
  2. Leher bagian depan tanpa bulu dan berwarna merah (semacam gelambir), yang menggembung saat berkicau.
  3. Bulu bagian atas kadangkala membentuk jambul saat berkicau dengan suara keras.
  4. Bagian bawah berwarna kuning kecoklatan. Sedangkan bagian atas dan sayap berwarna kuning kecoklatan, lebih tua dibanding bagian bawah.
  5. Bagian bawah ekor berwarna hitam, namun tidak segelap warna bulu di kepalanya.
  6. Paruh berwarna hitam dengan garis putih pada bagian tengah paruh.
  7. Panjang ekor ± 1/3 dari panjang tubuh
  8. Kaki bagian depan terdapat 3 buah dan 1 buah pada bagian belakang. Pada bagian depan, jari tengah lebih panjang. 2 buah jari belakang memiliki panjang sama. Jari depan dan belakang mencengkeram ranting atau batang pohon saat bertengger
  9. Terdapat bulu disebelah bawah bagian leher yang berwarna hitam.
Sedangkan burung berjenis kelamin betina, selama pengamatan tidak dijumpai, namun dari literatur yang ada (www.arkive.org), jenis betina tidak memiliki gelambir di lehernya.
Dilihat dari morfologinya, burung garugiwa termasuk kategori
1.        Dari susunan kakinya, termasuk jenis burung bertengger (perching bird).
2.        Dari bentuk paruhnya, garugiwa termasuk burung pemakan serangga.
Perilaku
Selama pengamatan, diketahui bahwa burung garugiwa merupakan jenis burung penyendiri (solitaire). Pengamatan perilaku paling mudah dilakukan pada pagi  hingga siang hari (06.00 – 10.00 WITA), berupa perilaku bertengger dan berkicau. Jumlah kicauan burung garugiwa memiliki perbedaan pada kawasan dengan ketinggian ≤ 1400 mdpl (± 12 kicauan) dengan burung yang berada pada ketinggian ≥ 1400 mdpl (± 17 kicauan). Hal ini dmungkinkan karena burung garugiwa memiliki kemampuan untuk menirukan kicauan atau suara dari satwa lain.
Pada masa aktif, burung ini berada pada strata tajuk atas dan tajuk tengah pohon dengan ketinggian ≥ 10 meter. Pemilihan strata tajuk ini berkaitan dengan perilaku burung garugiwa saat berkicau untuk mendapatkan sinar matahari yang cukup. Pemilihan strata tajuk ini juga memungkinkan burung garugiwa untuk mengawasi dan mempertahankan teritorinya dari gangguan satwa lain terutama jenis burung/aves.
Selama berkicau, burung garugiwa bergerak antar pohon pada luasan ± 500 M². Posisi badan saat aktif berkicau adalah menyamping atau membelakangi arah cahaya matahari. Namun saat cuaca berkabut atau mendung burung garugiwa menghadap atau menyamping dari arah datangnya sinar matahari.
Teritorinya yang berada di sekitar jalan raya, menjadikan burung ini terbiasa dengan kedatangan manusia, baik kendaraan, orang berjalan maupun suara sirine kendaraan.

HABITAT
Kawasan Taman Nasional Kelimutu secara umum adalah merupakan tipe ekosistem hutan pegunungan (1000 – 1700 mdpl). Ekosistem pegunungan Kelimutu terdiri dari berbagai tipe hutan dan tipe penutupan lahan yang terkait erat dengan fenomena geomorfologi yang unik. Berdasarkan ketinggian tempat dan suhu udara, kawasan TN Kelimutu dapat dibagi menjadi 2 tipe ekosistem hutan; sub montane (1000 – 1500 mdpl) dan montane (1500 – 1700 mdpl).
Lokasi penelitian termasuk di kawasan tipe ekosistem sub montane. Hal ini terkait dengan tipe vegetasi yang menjadi tutupan dan area beraktivitas burung garugiwa. Adanya tutupan yang cukup memungkinkan munculnya jenis serangga yang menjadi makanan utama burung garugiwa.
Selama melakukan aktivitas berkicau, burung garugiwa menempati areal yang sama, seluas ± 500 M². Pemanfaatan strata tajuk atas mendominasi selama aktivitasnya berkicau. Namun menjelang siang, burung garugiwa seringkali turun hingga ke tajuk bawah.
Pada saat berkicau, burung garugiwa menempati strata tajuk atas pada pukul 0 dan tengah. Pemilihan strata tajuk atas pada kisaran waktu Strata tajuk atas dan strata tajuk tengah menjari teritory untuk aktivitas berkicau yang ideal, karena yang digunakan adalah Burung garugiwa menempati teritori yang sama selama berkicau.

BURUNG GARUGIWA SEBAGAI ATRAKSI WISATA
Sebagai satwa endemik, burung garugiwa memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh jenis satwa lainnya. Keunikan ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi para wisatawan yang berkunjung ke kawasan Taman Nasional Kelimutu. Kicauannya yang dilakukan pada pagi hari (06.00 – 10.00 WITA), tentunya akan sangat menarik wisatawan, setelah melihat atraksi wisata matahari terbit (sunrise) di puncak gunung Kelimutu. Beberapa keunggulan dari wisata pengamatan burung (birdwatching tour) garugiwa di Taman Nasional Kelimutu antara lain:
1.Burung garugiwa berkicau di pagi hari.
2.Ditemukan perjumpaan burung garugiwa di sepanjang jalan reguler kawasan Taman Nasional Kelimutu
Kedua hal tersebut pihak pengelola kawasan dapat menjadikan wisata pengamatan burung garugiwa sebagai daya tarik unggulan selain daya tarik lain yang telah ada. Namun begitu, perlu ditekankan kepada pengunjung agar tidak bersuara terlalu keras atau bergerak yang dapat mengganggu aktivitas burung garugiwa selama masa aktifnya. Hal ini untuk mengantisipasi agar tidak ada gangguan dan perubahan terhadap perilaku maupun kebiasaan dari burung garugiwa yang dapat membuatnya berpindah.

KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan bab-bab terdahulu,dapat diajukan kesimpulan dan saran sebagai berikut:
  1. Terdapat 4 (empat) tempat untuk dapat menikmati kehidupan burung garugiwa yaitu 1) pada kawasan Agrowosata, 2) pada kawasan Perekonde, 3) di Arboretum bagian tengah, dan, 4) pada Arboretum bagian bawah.
  2. Mengingat pentingnya tempat-tempat ini untuk dapat menikmati kehidupan burung Garugiwa, maka diperlukan atau dikembangkan dengan menambha sarana (fasilitas), seperti antara lain  berupa shelter atau hide yang diharapkan wisatawan dapat menikmati satwa burung, tetapi tanpa mengganggu kehidupan burung.
  3. Sebaran dan kelimpahan burung Garugiwa disepanjang jalur reguler (jalan raya) dan arboretum tersebar secara merata. Ditaksir sekitar satu ekor burung per hektarnya. Keadaan ini diperlukan usaha perlindungan terhadappopulasi burung Garugiwa dengan melarang keras perburuan dan pengrusakan habitatnya.
  4. Setiap tempat untuk bertengger burung Garugiwa, mungkin suatu daerah atau teritori. Sebagai teritori mungkin digunakan untuk perilaku burung yang penting, seperti untuk breeding atau tempat bersarang.oleh karena itu kawasan ini harus bebas dari segala gangguan. Khususnya untuk burung Garugiwa, bahwa burung ini cukup mudah beradaptasi dengan adanya kegiatan manusia didekatnya. Namun demikian, pengkajian di lain burung telah membuktikan bahwa adanya kegiatan manusia didekatnya dapat mempengaruhi keberhasilan breeding burung (Keller, 1989).
  5. Garugiwa paling aktif bernyanyi pada pagi hari, pada waktu cuaca cerah, antara jam 06.00 – 10.00. oleh karena itu, wisatawan dalam menikmati kehidupan burung Garugiwa dapat disesuaikan (diskedulkan) dengan aktivitas burung tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M and Jamaluddin, M. A. 2001. Perlis State Park Recreational Development and Opportunities. In Biodiversity and Management of Perlis State Park: Physical Surrounding and Biology of Wang Kelian. Faridah HanumI. Kasim, O and A. Latiff (eds). Perlis Forest Dept. Kangar.
Abdullah, M. 2001. Ecotourism in Malaysia: Universiti Putra Bangsa Experience in Offering Professional programme for Ecotourism Related Industry. Ecotourism Seminar, Universitas Gadjah Mada, Indonesia, 26-29 July, 2001. Org and Sponsored by SEARCA-SEAMEO. Yogyakarta. Indonesia.
Anonim. 2009. Laporan: Inventarisasi Potensi Tempat – Tempat Menarik (Point Of Interests) Bagi Wisatawan Untuk Menikmati Kehidupan Burung Gerugiwa (Bare-Throated Whistler Pachycephala Nudigula) Di Kawasan Taman Nasional Kelimutu. Balai Taman Nasional Kelimutu. Ende-Flores, NTT.        
Balai Taman Nasional Kelimutu. 2009. The Review of  Kelimutu National Park Management Plan. Kelimutu National Park, Ende, East Flores, Indonesia.
Burn ,G.L. and Sofield, T.H.B. 2001. The Host Community: Social and Culture Issues Concerning Wildlife Tourism (Wildlife Tourism Research Report Series No.4). Gold Coast,  Queensland: Cooperative Research Centre for Sustainable Tourism.
Catterall, C. P., Wyatt, W. S., and Handerson, L. J. 1982. Food resources, density, and reproductive success of an island Silvereye population Zosterops latelaris. Ibis 124 405-421.
Ceballos-Lascurain, H. Tourism, Ecotourism and Protected Areas. 1996. IUCN-The World Conservation Union. Gland 
Collin, S. L. 1981. A comparison of nest-site and perch-site vegetation structure for seven species of wablers. Wilson Bull. 93, 542-547.
IUCN. 2009. IUCN Red List of Threatened Species.www.iucnredlist.org. Download on 18 August 2009.
Jones, D. N. and Buckley, R. C. 2001. Bird-watching Tourism in Australia (Wildlife Tourism Research Report  No. 10). Gold Coast, Queensland: Cooperative Research Centre for Sustainable Tourism.
Keller, V. 1989. Variation in response of great crested grebe Podiceps cristatus to human disturbance-a sign of adaptation ?  Biological Conservation 49, 31-45.
Manly Bryan F. J., Lyman L. McDonald., and Dana L. Thomas. 1993. Resource selection by animals. Champman & Hall. London. Glasgow. New York. Tokyo. Melbourne. Madras. 177 pp.
Marion, W. R., and Ryer, R. A. 1975. Perch site preferences of four diurnal raptors in north-eastern Colorado. Condor 77, 350-352.
Newsome David, Ross Dowling., and Susan More. 2004.Wildlife Tourism. Aspects of Tourism. Channel View Publications. Clevedon. Buffalo. Toronto. 299 pp.
Nianyong, H. and Zhuge, R. 2001. Ecotourism in China’s Nature Reserve : Opportunities and challenges. Journal of Sustainable Tourism 9 (3), 228-42.
Orams, M.B. 2000. Tourist getting close to whales: Is it what whale-watching is all about? Journal o sustainable Tourism 9 (2), 128-47.
Reynold, P.C. and Braithwaite, R.W. 2001. Toward a conceptual framework  for wildlife tourism. Tourism Management 22, 31-42.
Sekercioglu, C. H. 2002. Impact of bird watching on human and avian communities. Environmental Conservation 29(3), 282-9.
Stecker, B. 1996. Ecotourism: Potential Conservation and Sustainable Use. A Case Study on The National Parks, Taman Negara and Endau Rompin in Malaysia. Deutshe Gesellchhaft fur Technische Zusammennarbeit (GTZ) GmbH. Eschbom. 
Sutherland, William. J. 2000. The Conservation Hand Book Research, Management and Policy. Blackwell Science. Ltd. USA. 350 Main Street Malden, MA 02148-5018. 278 pp.
The Ecotourism Society (1998). Ecotourism Statistical Fact Sheet. TV: The Ecotourism Society.




[i] Dikutip dari: Laporan: Inventarisasi Potensi Tempat – Tempat Menarik (Point Of Interests) Bagi Wisatawan Untuk Menikmati Kehidupan Burung Gerugiwa (Bare-Throated Whistler Pachycephala Nudigula) Di Kawasan Taman Nasional Kelimutu Tahun 2009.

No comments: